Di desa Blimbing,kecamatan Klabang,kabupaten
Bondowoso,terdapat tari-tarian yang berdasarkan legenda,yakni Singo Ulung.
Singo Ulung ialah sebutan gelar terhadap orang yang bernama asli Juk Seng.
Singo Ulung adalah seorang bangsawan dari Blambangan
Banyuwangi yang suka mengembara. Suatu saat dalam pengembaraannya ke arah barat,secara
tidak sengaja memasuki hutan yang dipenuhi oleh tumbuhan belimbing. Kedatang
Singo Ulung ke hutan tersebut menarik perhatian seorang tokoh yang hidup di
wilyah hutan tersebut,yaitu Jasiman.
Melihat kedatang Singo Ulung,Jasiman terpanggil
untuk menjajal kesaktian dengan Singo Ulung. Dengan bersenjatakan tongkat
andalannya,Jasiman siap bertarung dengan Singo Ulung yang bersenjatakan keris.
Tanpa basa-basi,keduanya langsung bertarung. Kedua pendekar berusaha
menjatuhkan lawan secepat mungkin. Tetapi karena keduanya sama-sama sakti,belum
tampak ada yang kalah meski sudah berjam-jam bertarung. Kemudian keduanya berhenti.
Setelah itu,saling menatap dan tersenyum. Akhirnya mereka sepakat untuk
bersahabat. Singo Ulung pun diterima di wilayah hutan tersebut.
Beberapa saat kemudian,keduanya beristirahat di
bawah sebuah pohon. Singo Ulung pun bertanya kepada Jasiman,”Pohon apa ini ?”.
Jasiman menjawab, “Ini pohon belimbing”. Sejak itu daerah hutan tersebut
berganti nama menjadi Belimbing dan bekas pohonnya dibangun sebuah sanggar yang
setiap tahun disakralkan dengan acara istighosah.
Singo Ulung dan Jasiman sepakat untuk membangun desa
sebaik mungkin. Ulung sendiri diangkat menjadi Demang yang berkuasa tunggal di
Desa Belimbing.Pengalaman dan kesaktian keduanya digunakan untuk berbagai
kebaikan demi kemaslahatan Desa Belimbing.
Bagi masyarakat desa Belimbing,memelihara warisan
leluhur mengenang Singo Ulung direfleksikan sebagai bentuk tarian Tradisi Singo
Ulung. Tradisi ini dilakukan bersama upacara adat setiap tanggal 15 Sya’ban,yaitu
dikala bulan purnama di langit,menjelang bulan Ramadhan.
Dalam refleksi tarian Singo Ulung,biasanya dilakukan
2 orang,satu di depan untuk menggerakkan kepala Singo Ulung dan satu lagi di
belakang sebagai kaki. Dengan iringan gamelan Blimbing,tarian tersebut sangat
apresiatif dan atraktif.
Pementasannya dapat diklasifikasikan menjadi 2
macam,yaitu pementasan Singo Ulung dala upacara bersih desa dan pementasan Singo
Ulung sebagai tontonan masyarakat umum.
Sumber : Buku Sejarah
dan Budaya Bondowoso
Tidak ada komentar:
Posting Komentar